Kamis, 13 Februari 2014

Kertha Gosa

Kertha Gosa, tempat wisata di tengah
Kota Semarapura.

Ya, tempat wisata kerta gosa merupakan sebuah tempat wisata sejarah yang berkaitan dengan jaman kerajaan waturenggong, wisata Kerta Gosa sendiri terletak di tengah- tengah kota semara pura ,Kelungkung,Bali. Kira-kira 40 km ke arah timur dari kota Denpasar.
Obyek wisata kertagosa terdiri dari dua bangunan (bale) yakni: bale Kerta Gosa dan bale Kambang. Salah satu bangunan di sebut bale kambang karena di kelilingi oleh kolam yaitu taman Gili dan pada permukaan flafon bangunan ini juga terdapat keunikan berupa lukisan wayang bergaya kamasan yang menceritakan tentang karmapala dan reinkarnasi, dan bagian lain menggambarkan setiap fase kehidupan manusia dari lahir sampai mati. Lukisan dibagi menjadi enam tingkatan, yang mewakili akhirat, serta yang paling atas mewakili nirwana.
Tema dalam lukisan menunjukkan bahwa bangunan tersebut difungsikan sebagai tempat bagi keluarga kerajaan untuk mengadakan upacara agama untuk ritual Manusa Yadnya seperti pernikahan dan upacara potong gigi, Kerta Gosa ternyata juga pernah difungsikan sebagai balai sidang pengadilan yaitu selama berlangsungnya birokrasi kolonial Belanda di Klungkung (1908-1942).

Oleh : A.A Priska Iswari (35)

Kelas : 9D/ IX.D

Selasa, 11 Februari 2014

SANGEH

Sangeh, monkey forest in Bali

Habitat kera mungkin sudah tidak banyak kita jumpai di Bali. siapa sangka di tempat ini yang di sebut sangeh bisa disebut sebagai salah satu tempat dimana kita bisa melihat tingkah polah primata ini
Taman Wisata Sangeh, belum banyak dikenal oleh Wisatawan yang Tour ke bali. Sangeh terletak di Desa Sangeh, Badung, Bali, sekitar 20km dari Denpasar atau sekitar 25 menit dari Ubud
Sangeh memiliki pesona wisata hutan yang banyak dihuni oleh ratusan kera. Monyer di Sangeh dahulunya sangat liar dan seringkali mengganggu para pengunjung. serta mengambil barang-brang pengunjung yang akan dikembalikan bila kera-kera tersebut diberi sepotong makanan. sekarang kera Sangeh tidak lagi seliar dahulu karena saat ini kera-kera tersebut telah diurus dengan baik.
Kera kera Sangeh memiliki beberapa kelompok yang masing-masing kelompok memiliki seekor pemimpin atau bisa dibilang raja dan seekor Pemimpin tertinggi ini berdiam ditempat yang paling luas di. Ditempat raja kera ini tinggal terdapat sebuah Pura Yang sangat terkenal kesakralannya yaitu Pura Bukit Sari. Pemimpin kera dipilih karena memiliki kekuatan dan kharisma yang sangat luar biasa. Bahkan mereka memiliki hak-hak yang lebih dibanding kera lainnya, seperti saat mengawini kera betina atau saat mendapat jatah makanan yang lebih banyak
 
Sejarah
Hutan wisata Sangeh ini memang banyak ditumbuhi Tanaman pala (dipterocarpustrinervis). Menurut informasi hutan pala ini telah berumur ratusan tahun, bahkan diantara pohon pala tersebut konon ada yang telah berumur lebih dari tigaratus tahun. Menurut pengelola Taman Wisata ini, Hutan Wisata Sangeh dibuat sebagai taman dari kerajaan Mengwi. Agar terlihat cantik taman ini ditanami pohon pala yang khusus didatangkan dari Gunung Agung. Sebenarnya rencana pembuatan taman ini sangat dirahasiakan namun akhirnya pembuatan taman ini diketahui oleh beberapa orang, akibatnya pembuatan taman itu dihentikan, hingga akhirnya kawasan itu diberi nama Sangeh, yang artingya ada orang yang melihat.
Selain kera ada daya tarik lain di taman wisata ini yaiut keindahan pohon pala yang tumbuh lurus, pohon ini memiliki kayu yang sangat bagus. Namun anehnya dari beberapa sumber pohon pala Sangeh konon tidak bisa ditanam ditempat lain. Hingga orang-orang yang ingin memiliki kayu pohon Pala tidak pernah kesampaian.Sesuatu menarik diceritakan oleh pengelola Taman Wisata Sangeh tentang sebuah pohon tua dan akan roboh. Perkiraan banyak orang, pohon tersebut akan roboh kearah Pura Bukit Sari, namun kenyataanya semua perkiraan salah. Awalnya pohon tersebut akan ditebang namun tidak ada yang berani karena takut mendapat kutukan. “Sekitar awal Januari, akhirnya pohon itu tumbang sendiri, mengarah ke barat daya. Persis antara bangunan Bale Kulkul dan Pewaregan, sehingga hanya sedikit sekali menimbulkan kerusakan, hanya pada tembok luar Pewaregan saja. Ini mengherankan karena seharusnya pohon itu tumbang persis di bangunan utama pura

Selain pala, masih ada tanaman yang terkenal di hutan Sangeh. Masyarakat setempat biasa menyebutnya Pohon Lanang Wadon, karena bagian bawah pohon itu berlubang sehingga menyerupai alat kelamin perempuan, sedangkan di tengah lubang tersebut tumbuh batang yang mengarah ke bawah yang terlihat seperti alat kelamin pria. Pohon itu tumbuh persis di pelataran depan tempat wisata Sangeh dan sebenarnya merupakan pohon pule. Di Bali, pohon pule memiliki banyak keistimewaan karena kayunya sering digunakan untuk keperluan khusus, misalnya, membuat topeng . Masyarakat kadang-kadang ada yang meminta kayu tentu saja tidak boleh begitu saja orang mengambil kayu atau dahannya karena harus disesuaikan dulu hari baiknya serta memberi persembahan sebagai tanda minta ijin.
oleh : Andi Surana P.
NO : 10
kelas: 9 D 

Senin, 10 Februari 2014

BADJRA SANDHI, RENON


Monumen Bajra Sandhi di Kawasan Renon, Kota Denpasar
Ada beragam cara untuk mengenang dan mengabadikan perjuangan sebuah bangsa, salah satunya dengan mendirikan monumen. Di Bali, perjuangan masyarakat Bali dari masa ke masa terekam dengan baik dalam Monumen Bajra Sandhi. Monumen ini menggambarkan kehidupan masyarakat Bali sejak masa prasejarah hingga masa mempertahankan kemerdekaan, antara tahun 1950—1975. Bentuk-bentuk perjuangan tersebut diilustrasikan ke dalam 33 unit diorama.
Monumen Bajra Sandhi dibangun pada tahun 1987, akan tetapi baru diresmikan pada 14 Juni 2003 oleh presiden Megawati Sukarno Putri. Tujuan utama dibangunnya monumen ini adalah untuk mengekalkan semangat perjuangan dan kreasi budaya masyarakat Bali serta sebagai upaya mewariskannya kepada generasi muda. Nama Bajra Sandhi diambil dari bentuk monumen yang menyerupai lonceng (genta) yang biasa dipakai oleh para pedanda (penghulu agama di Bali) ketika memimpin doa. Sebagaimana lonceng yang biasa digunakan untuk menandai waktu berdoa, nama ini dipilih untuk mengingatkan warga Bali tentang makna perjuangan para pendahulunya.
Mengunjungi monumen ini wisatawan akan memperoleh gambaran yang cukup lengkap tentang perjalanan sejarah masyarakat Bali dari masa purba hingga modern. Gambaran tersebut tersaji melalui 33 diorama yang disusun melingkar mengikuti kontur ruangan. Tiap bagian diorama berisi patung-patung lengkap dengan setting lingkungan alamiahnya. Untuk memperjelas informasi, terdapat label di bagian luar dalam tiga bahasa: Bahasa Bali dalam aksara Jawa Kuno, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris.
Di bagian-bagian awal, diorama menampilkan manusia purba pada jaman berburu dan meramu. Pada bagian ini, tampak Pithecanthropus Erectus sedang berburu babi menggunakan kapak genggam. Bagian selanjutnya menggambarkan perkembangan masyarakat Bali dari masa kerajaan, masa penjajahan, masa revolusi fisik, hingga masa pascakemerdekaan. Di bagian akhir, diorama memperlihatkan proses pembangunan Universitas Udayana yang berlangsung pada tahun 1975.
Setelah menikmati kilasan sejarah tersebut, pengunjung dapat menaiki tangga untuk mencapai puncak monumen yang berbentuk lonceng. Dari puncak monumen tersebut, pengunjung dapat menyaksikan keindahan kota Denpasar dari ketinggian sekitar 45 meter. Jika waktunya tepat, maka pengunjung dapat menikmati matahari terbenam (sunset) dari tempat ini.
Kawasan Renon, kota Denpasar, Provinsi Bali.  
Monomen Bajra Sandhi berada di komplek pemerintahan Provinsi Bali tepatnya di depan kantor Gubernur di daerah Renon, Denpasar, Bali. Untuk menuju monumen ini wisatawan dapat menggunakan kendaraan pribadi maupun menumpang taksi. Untuk dua jenis kendaraan ini, pengunjung tidak terlampau kesulitan karena akses menuju monumen tidak terlalu sulit.
Namun, jika wisatawan memanfaatkan angkutan umum (bemo), maka harus diperhatikan bahwa jalan menuju monumen ini merupakan jalan satu arah, sehingga hanya satu angkutan umum yang biasa melintas, yaitu bemo jurusan Sanur-Teuku Umar. Kalau wisatawan berangkat dari arah Sanur, maka dapat dipastikan wisatawan akan turun di depan komplek monumen. Akan tetapi, bila berangkat dari Jalan Teuku Umar, maka wisatawan harus turun di Jalan Cok Agung Tresna kemudian berjalan kaki menuju monumen sejauh + 300 meter.
Jika wisatawan kemalaman karena terlalu asik menikmati komplek monumen Bajra Sandhi, wisatawan dapat menyewa hotel mulai dari kelas melati hingga hotel berbintang yang ada di sudut-sudut kota Denpasar. Tak hanya itu, berbagai macam kafe, pub, club, dan tempat-tempat hiburan lainnya dapat menjadi alternatif menghabiskan malam di kota Denpasar.
BY: NO:11
I KADEK ANGGA ADITYA 

SETRA TRUNYAN, BANGLI

‘’SETRA TRUNYAN’’
Tak lengkap rasanya bila mengunjungi Kintamani yang terkenal dengan gunung dan danau Baturnya tanpa menyempatkan diri ke tempat yang satu ini. Sebuah tempat yang memiliki eksotisme dan kemistisan yang tiada tara. Desa Trunyan namanya. Berada di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Desa Trunyan merupakan desa tua, atau sering disebut Bali Aga atau Bali Mula. Untuk ke Desa Trunyan kita harus menyeberangi danau Batur dengan menggunakan perahu yang disewakan oleh warga sekitar. Perahu tersebut bisa memuat sampai 7 penumpang dengan biaya sewa sekitar Rp 300.000 - Rp 400.000/ perahu pulang pergi.

Keunikan dari desa ini adalah cara pemakaman jenazahnya, yang masih terjaga dan lestari sampai sekarang. Disini orang yang telah meninggal tidak dikubur dalam tanah seperti di tempat-tempat lain ataupun dibakar seperti pemakaman "ngaben" yang terkenal di pulau Bali ini, namun tubuh seseorang yang telah meninggal tersebut setelah melalui sebuah prosesi dan dibungkus dengan kain kafan, kemudian diletakkan di atas tanah dan di bawah pohon trunyan dan dikelilingi anyaman dari pohon bambu yang disebut ancak saji, begitu saja sangat sederhana, tanpa dikubur dalam tanah. 'ancak saji', anyaman bambu berbentuk segitiga sama kaki. Di sinilah jenazah diletakkan begitu saja, tanpa sedikit pun tercium bau bangkai. Di sekitarnya terdapat benda-benda peninggalan si jenazah: piring, foto berpigura, sapu tangan, baju dan perhiasan. Sedikit mengintip ke dalam 'ancak saji', saya melihat potongan tulang dan tengkorak. Ada 
Namun sobat tak perlu kuatir dengan bau busuk menyengat yang akan ditimbulkan mayat tersebut. Disini tidak tercium bau busuk sedikitpun, adanya bau harum yang keluar dari pohon trunyan tersebut. Trunyan berasal dari dua kata yaitu "taru" yang berarti pohon dan "menyan" yang berarti harum. Jadi pohon ini berfungsi menyerap bau yang tidak sedap yang dikeluarkan oleh jenazah sehingga tidak tercium lagi bau yang tidak sedap itu. Legendanya dulu, ada 4 bersaudara dari Keraton Surakarta yang terhipnotis wangi Taru Menyan," katanya sambil menunjuk pohon raksasa dengan akar yang menjulur ke segala arah. Taru Menyan adalah asal nama kata 'Trunyan', berarti 'pohon wangi'.

Empat bersaudara itu terdiri dari 3 laki-laki dan si bungsu perempuan. Mereka melintasi Tanah Jawa, kemudian Selat Sunda untuk mencari asal muasal wangi semerbak itu. Singkat cerita, setibanya di Trunyan, sang kakak sulung jatuh cinta kepada sang Dewi penunggu pohon tersebut. "Sudah direstui semua saudaranya, mereka nikah. Trunyan jadi sebuah kerajaan kecil. Pohon besarnya masih mengeluarkan wangi. Sampai akhirnya, sang Raja memerintahkan warga untuk menghapus wangi itu agar terlindung dari serangan luar. Biar nggak ada lagi yang terhipnotis wanginya,". Tidak semua jenazah bisa dimakamkan seperti diatas, hanya jenazah yang sudah dewasa dan meninggal secara normal serta tidak cacat yang bisa dimakamkan seperti ini. Untuk jenazah bayi dan meninggal secara tidak normal seperti bunuh diri, dibunuh ataupun kecelakaan dimakamkan di tempat lain. Memang pemandangan di desa Trunyan ini cukup mengerikan karena disana kita akan melihat secara langsung tengkorak dan tulang - belulang manusia yang diletakkan sedemikian rupa sehingga membuat pemandangan di sekitarnya terlihat seram. Untuk menuju ke desa Trunyan ini, sobat bisa menempuhnya selama 2 jam perjalanan dari Kota Denpasar menuju gunung Batur di Kintamani. Setelah itu sobat turun menuju ke tepi danau Batur untuk menyeberang dengan perahu yang banyak disewakan disana. Di lokasi gunung Batur ini, banyak pemandu wisata yang menawarkan jasanya untuk memandu pengunjung ke Desa Trunyan, jadi jangan kuatir untuk tidak menemukan tempat ini.
By: I KADEK ANGGA ADITYA

NO: 11